Keistimewaan Nabi Sulaiman
Keistimewaan Nabi Sulaiman adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 24 Shafar 1447 H / 18 Agustus 2025 M.
Kajian Tentang Keistimewaan Nabi Sulaiman
Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas tentang nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam. Disebutkan dalam kitab ini terdapat tujuh kenikmatan yang Allah anugerahkan kepadanya, dan itu merupakan keistimewaan beliau.
Pertama, Allah Subhanahu wa Taala memberikan derajat kenabian kepada Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam. Beliau juga mewarisi kerajaan dari ayahnya, Nabi Daud ‘Alaihis Salam, yang merupakan seorang nabi sekaligus raja.
Kedua, Allah mengajarkan kepada Nabi Sulaiman bahasa burung dan seluruh bahasa hewan. Allah mengajarkan, sehingga beliau memahami apa yang tidak dipahami oleh manusia. Beliau dapat mengerti perkataan burung hudhud maupun semut.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ ﴿٢٠﴾ لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ ﴿٢١﴾
“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, ‘Mengapa aku tidak melihat hudhud? Apakah ia termasuk yang tidak hadir? Sungguh, aku benar-benar akan menghukumnya dengan hukuman yang berat atau benar-benar menyembelihnya, kecuali jika dia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.’ Maka tidak lama kemudian (datanglah hudhud), lalu ia berkata, ‘Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba dengan membawa berita yang meyakinkan.’” (QS. An-Naml [27]: 20–22)
Kemudian hudhud melanjutkan perkataannya:
إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya aku mendapati seorang ratu yang memerintah mereka, dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.” (QS. An-Naml [27]: 23)
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ
“Aku mendapatinya dan juga kaumnya sujud kepada matahari, bukan kepada Allah. Setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka dan menghalangi mereka dari jalan yang benar sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. An-Naml [27]: 24)
أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ﴿٢٥﴾ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ۩ ﴿٢٦﴾
“(Mereka tidak sujud) kepada Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi serta mengetahui apa yang kalian sembunyikan maupun yang kalian nyatakan. Allah, tiada Tuhan selain Dia, Tuhan Pemilik ‘Arsy yang agung.” (QS. An-Naml [27]: 25–26)
Setelah mendengar berita itu, Nabi Sulaiman berkata,
قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dia berkata, ‘Akan kami lihat, apakah engkau benar atau termasuk orang-orang yang berdusta.’” (QS. An-Naml [27]: 27)
Nabi Sulaiman berkata:
اذْهَبْ بِكِتَابِي هَٰذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ
“Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu lemparkan kepada mereka. Kemudian berpalinglah dari mereka dan perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (QS. An-Naml [27]: 28)
Surat itu berisi:
إِنَّهُ مِن سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
“Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya (isi surat itu): Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml [27]: 30)
Inilah dakwah tauhid yang dibawa oleh Nabi Sulaiman melalui burung hudhud. Burung kecil ini, dengan izin Allah, mampu menjadi sebab sampainya dakwah Islam kepada sebuah negeri. Hal ini menjadi pengingat agar tidak merasa kecil dan putus asa dalam menyampaikan kebenaran.
Ini juga menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman diberi keistimewaan untuk memahami bahasa binatang. Beliau berdialog dengan hudhud sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berinteraksi dengan unta.
Diriwayatkan bahwa seekor unta mengadu kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena pemiliknya memberikan beban di luar kemampuannya. Maka hendaknya setiap pemimpin atau atasan tidak memberikan beban yang tidak mampu ditanggung bawahannya. Sebab, kelak semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketiga, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada beliau hikmah serta pemahaman dalam memutuskan perkara di antara manusia. Nabi Sulaiman diberi kelebihan dalam hal hukum dan keputusan.
Allah berfirman:
وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ ﴿٧٨﴾ فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ ۚ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ ۚ وَكُنَّا فَاعِلِينَ ﴿٧٩﴾
“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena ladang itu dirusak kambing-kambing milik suatu kaum pada malam hari. Kami menyaksikan keputusan yang mereka berikan. Maka Kami memberikan pemahaman yang lebih kepada Sulaiman. Kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu.” (QS. Al-Anbiya [21]: 78–79)
Dari ayat ini para mufasir menjelaskan bahwa suatu malam kambing-kambing milik suatu kaum masuk ke ladang kaum lain hingga merusaknya. Perselisihan pun terjadi antara pemilik ladang dan pemilik kambing. Mereka kemudian mendatangi Nabi Daud ‘Alaihis Salam untuk meminta keputusan, sementara Nabi Sulaiman juga hadir di sisinya.
Setelah para pihak menjelaskan kisah dan permasalahannya, Nabi Daud ‘Alaihis Salam memberikan keputusan. Beliau memutuskan bahwa kambing-kambing yang telah merusak ladang diserahkan kepada pemilik ladang sebagai ganti rugi. Ini adalah keputusan Nabi Daud ‘Alaihis Salam.
Namun Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam memberikan keputusan yang berbeda. Beliau berkata bahwa kambing-kambing tersebut untuk sementara waktu diberikan kepada pemilik ladang agar ia dapat mengambil manfaat darinya, baik dari susu, anak-anak kambing, maupun bulunya.
Sedangkan pemilik kambing diberi tanggung jawab untuk memperbaiki ladang yang rusak hingga kembali seperti semula. Setelah ladang tersebut pulih, kambing-kambing dikembalikan kepada pemiliknya, dan ladang dikembalikan kepada pemilik ladang.
Inilah hukum yang diberikan Nabi Sulaiman sebagaimana disebutkan oleh para mufasir. Maka Allah menegaskan: “Maka Kami memberikan pemahaman kepada Sulaiman.” (QS. Al-Anbiya [21]: 79)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Mari turut membagikan link download kajian “Keistimewaan Nabi Sulaiman” yang penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55480-keistimewaan-nabi-sulaiman/